Kamis, Juli 03, 2014
0
Kemarilah....
Aku bantu menterjemahkan sebuah tindakan
Ia adalah keputusasaan
Ketika hatinya bercinta dengan hatimu
Ketika cita dan asa berpelukan mesra
Disaat siksaan bathin menghantam nadi bertubi-tubi.

Sang angkuh dengan kejam memasung nurani
Para bijak seakan tuli dan terkesan membuta
Nampaklah sudah ego di depan mata.

Tidakkah kau melihat
Seekor burung pipit terpelihara dan terjaga
Dengan sayang dan segenap hati
Namun sayang dalam sebidang kurungan
Tak sempat mengerti apa itu kebebasan
Meski ia di cinta sepenuhnya.

Tak jarang ia berteriak lantang
Tak sedikit pula tak bersuara
Mungkin dalam hati ia berkata
Aku hendak pergi dari sini
Tapi aku dalam kebimbangan
Sebab apa yang aku punya ini
Sepasang kaki ataukah tangan.



Mari sayang....
Aku bantu melepasmu terbang
Aku bantu membuka sangkarmu dengan kesadaran
Aku bantu engkau terbang tinggi bagai rajawali
Dengan penuh cinta di hati ini
Lalu ketika telah terlepas dan terbang
Temuilah pipit yang lain lalu jadikan kawan
Kawan ketika kesunyian datang
Kawan ketika engkau terbang
Dan bernyanyilah bersahut-sahutan
Hanya ingatlah dan camkan
Jangan pernah menengok ke belakang
Sebab ia hanyalah hambatan.

Kemarilah....
Aku bisikkan suatu rahasia
Aku membencinya seumur hidupku
Ketika ia berlagak mencumbu rajawali
Dan tertawa-tawa meski sebenar-benarnya perih
Ia yang terlalu mencintaimu
Ia yang mengikat sayapmu musim berganti musim.

Aku berjanji....
Akan ku bunuh dan ku ambil hatinya
Lalu bakar dan buang dijalanan
Sebab ia seorang keparat tak bernyali
Sebab sesungguhnya....
Bila ia mencintaimu
Ia kan melepasmu
Meski dengan peluh darah di dahi
Meski dengan air mata di pipi

Kemarilah...
Aku bantu menterjemahkan sebuah tindakan
Ia begitu sebab ia menyayangimu
Ia kejam sebab ia mencintaimu
Dan kini...
Sudah sepantasnya ia mati
Membangkai dalam duka nestapa nya
Dan membusuk dalam cinta nya
Yang tak kan pernah bisa terbayarkan

Kemarilah...
Sendengkan telinga dan dengarkanlah ini
Ia mencintaimu dengan hati sukacita
Ia melepasmu dengan dukacita
Maka jangan sia-sia kan air mata nya
Sungguh ketika ia berkeluh kesah di sini
Lemah dan menangis
Bulir-bulir air mata nya berkata
Sejatinya tak berharap ini terjadi
Lalu apa hendak dikata
Ia tak tahu lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

Leave your comments and get backlink from Cara Pujangga.
No spam, please.