Selasa, September 27, 2011
0
Baiklah...anggap saja aku telah menjadi bangkai.

Dikerumuni burung-burung rakus entah apa julukan mereka.
Disekelilingku tikus-tikus nakal menguliti dagingku satu per satu.

Dan sudah....
Pergi jauh dari hadapanku wahai ular beludak.
Niscaya mangsamu menunggu berkacak pinggang di atas puncak bukit kematian.

Ya....engkau telah memasung nyawaku dengan geram.
Tutur katamu menggemukkan amarah dalam tubuhku
Membelenggu nafas merobek-robek paru-paruku.
Tak cukup puas dengan itu..
Gada mu menghantam tulang tengkorakku.

Sontak aku menjadi pemberontak.

Oowh dewa-dewi khayangan
Rantai belenggu memutuskan nyawaku.
Tulang-belulangku remuk redam karena hasrat terpendam.
Cukupkan badai samudera menjadi riak-riak kecil.
Biar aku jemput sebongkah permata dalamnya lautan.
Biar aku jemput kilaunya kilau matahari.
Meski terbakar perih
Meski terancam mati.

0 komentar:

Posting Komentar

Leave your comments and get backlink from Cara Pujangga.
No spam, please.