Sabtu, Oktober 08, 2011
0
Lima menit...
Tutur kalimat itu terurai semburat namun lirih terlontar dari bibir senja menjelang maghrib.
Kata sayang di sajikan dalam petikan halus dawai gitar.
Sayang, begitu panggilan mesra untuk persada.

Lima menit...
Berdiri menyampaikan pesan nurani.
Berharap penguasa negeri mengerti arti bait demi bait kalimat sakti.



Lima menit....
Ada dalam heningnya suara.
Melenggang dalam tajam tatap mata para pelihat.
Takjub...Termangu...bahkan yang tak mengerti sama sekali.

Lima menit....
Sastrawan renta berorasi melantunkan karya oposisi.
Menyindir dan menohok kerongkongan punggawa-punggawa pembesar kota haus kuasa.
Lihat saja merah padam seraut muka karena malu dibalik amarah.

Lima menit...
Anak negeri bernyanyi dalam bait-bait sajak.
Membongkar noda rusak sembari berteriak.
Meski lewat untaian sajak dan sejenak.

0 komentar:

Posting Komentar

Leave your comments and get backlink from Cara Pujangga.
No spam, please.